Sabtu, 18 Januari 2020

Tonight I Will Tell About Yesterday



“I want to rest and to think of you. But my head turned into your bedroom long before i even knew your name”
(Aku ingin istirahat dari mengingatmu. Tapi kepalaku sudah menjadi tempat tidurmu jauh sebelum aku mengenal namamu).
- M. Aan Mansyur -

Kali ini aku akan bercerita tentang kemarin. Perhelatan panjang yang membawaku pada fase pengertian. Kemarin itu, seusai perjalanan kita yang menghabiskan – kurang lebih – tiga jam-an itu, aku benar-benar tidak bisa menulisakan apapun. Fikiranku seakan sibuk merenungkan apa yang telah kita perbincangkan.
            Kita melawan arah angin, menyelarasi jalan raya yang lengang. Menuju – pertama – loket pembayaran listrik. Disitu, saat aku melakukan transaksi, kau membolak-balik koran serius, sesekali tersenyum. “Mas, Mas! Nikilo konco dolenku! Aku menolah, menuju kearahmu. Dan kau menunjukkan berita utama pada koran itu. Ada gambar Bupati dikerubungi tim paskibra yang beberapa diantaranya adalah rekanmu. “Aku sueneng ningali rencang-rencang bahagia ngeten”. Aku mengiyakan, lalu menatapmu. Betapa aku juga senang melihatmu tersenyum begini, batinku.
            Lalu – kedua – kita beranjak. Meresapi angin dan bising knalpot. “Mau kemana lagi?”. aku membuka pembicaraan. Dan kau menjawab dengan jawaban yang selalu bisa kutebak. Memang itu jawaban yang kerap kau lontarkan saat kutanya soal tujuan. “Sudah makan?” Tanyaku basa-basi, meskipun sebenarnya tadi aku sudah melihatmu makan. Sudah, katamu. Sambil terus berjalan, aku bilang padamu bahwa kita akan menuju bakso tegal. Bukan makan, nyemil. Dan kau tak berhak menolak. Haha. Beberapa tahun terakhir, ku akui, ngobrol sambil naik motor adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Tidak ada duanya. Tidak kalah dengan nongkrong di kedai atau cafe mewah.
             Sambil nyemil pentol, kita tukar cerita. Kau bicara banyak soal hari-harimu, juga beberapa kepelikan yang kau rasakan sejak lama. “Kulo suwumpek ten pondok eh”. Begitu katamu. Aku mencoba menerka, barangkali karena padatnya kegiatan ya? Karena bagaimanapun juga, sekolahmu pulang jam setengah tiga sore. Lalu setengah jamnya lagi sudah ashar, lalu kegiatan, lalu maghrib, lalu kegiatan, lalu isya’ dan kegiatan, baru kau bisa rebahan. kira-kira begitu terkaanku. Kau kecapaian.
            Itu salah satunya, katamu. Sambil menyeruput es cincau susu, kau melanjutkan. Bahwa ada hal lain yang membuatmu kikuk. Yaitu semakin ketatnya peraturan. Dan yang menjadi permasalah bukan soal ketatnya, tapi penegakan peraturannya yang seringkali plin-plan. Kau bilang, memang, yang membuat peraturan jelas Guru Sepuh. Tapi penegak peraturan nyatanya yang membuat keikhlasan menjalankan aturan menjadi enggan. Ya itu tadi, seringkali plin-plan.
            Soal ini, aku lebih sering mendengarkan dan mengiyakan beberapa statementmu yang cocok. Aku sengaja begitu agar kau tau dengan sendirinya, bahwa tidak ada yang benar atau salah dalam perjalanan ini. Karena aku yakin. Bagaimanapun juga, kelak, kau akan mengetahui hal itu dengan sendirinya.
            Sambil mendengarmu bercerita, juga sesekali kau kulum senyum dibibirmu itu, aku memantapkan dalam hati bahwa aku tak akan berhenti mendoakanmu. Aku ingin yang terbaik untukmu. Maka, aku akan terus mendoakanmu.
            Sambil berkendara, waktu perjalanan pulang, kau bercerita bahwa dulu kau pernah ditawari orang permen berbahaya. Waktu itu, katamu, kau sudah kelas 6 Sd. Dan wajahmu masih teramat imut untuk anak seumuran itu. “Lha sak niki, masio pun kelas 2 Aliyyah tapi wajah tasek imut-imut ngeten. Heheh”. Kira-kira kau tersenyum saat mengucapkan hal ini. Maka kubalas senyum juga. Dalam batin, aku membalas, bahwa meski perawakanmu manis tapi jiwamu besar. Tidak masalah dengan postur tubuh, atau apapun yang nampaknya masih usia pisang. Yang kukenal, kau itu besar jiwanya. Dan aku belajar banyak hal darimu.
            Sebenarnya masih panjang ceritanya. Tapi kukira itu yang inti. Disamping juga malam ini aku benar-benar lelah. Entah kenapa, aku belum tahu pasti. Tidak seperti biasanya.

Selamat malam,



0 komentar:

Posting Komentar