Kamis, 23 Januari 2020

The Key To Everything Is Understanding



                Gagal total. Berulang kali aku mencoba agar mendapat perhatian beberapa fihak, termasuk dirimu soal lelah, atau flu yang menyerang belakangan ini. Tapi tak ada gunanya pula aku menceritakan keluhan-keluhan itu. Bahkan, malah ada yang menimpali kembali dengan keluhan. Mengeluh dibalas mengeluh. Bisa kau bayangkan sendiri bagaimana rasanya.
            Pada suatau kesempatan, harusnya kita sadar bahwa setiap manusia pasti punya masalahnya masing-masing. Kesulitan yang kita anggap hanya menimpa kita sendiri, ternyata tidak benar. Orang lain pasti merasakan juga. Bahkan bisa jadi lebih parah dari kita, lebih rumit masalahnya. Maka, akan sangat egois jika kita hanya ingin di dengarkan tanpa mau mendengarkan.

Akan sangat egois jika kita hanya ingin di dengarkan tanpa mau mendengarkan.

            Ironinya lagi, bersamaan dengan didengarnya keluhan kita, seringkali kita ini maunya sepaket dengan solusi, atau elu-eluan yang mendamaikan itu. Padahal, jika keluhan kita sudah ada yang mau mendengarpun itu sudah bagus. Orang sudah mau meluangkan waktu dan menyisihkan sedikit memorinya untuk cerita-cerita kitapun, itu sedah luar biasa. Tidak layak sebenarnya, jika kita terlalu berharap kepada orang, agar mau memberi masukan atau kata-kata bijak atas kepelikan yang kita bicarakan.
            Aku jadi ingat kata Salud dalam buku Ordinary People karya Andrea Hirata: Lebih baik dipukuli berdua dari pada dipukuli sendiri. Setidaknya, hal ini menggambarkan bahwa tidak ada manusia yang ingin sendirian dalam kesulitan. Apapun bentuknya. Selalu ingin teman. Setidaknya ‘mereka’ yang mau menjadi pelukan, sandaran, atau tempat berpulang bagi segala urusan-urusan yang meriuhkan. Beruntunglah, jika kau punya teman yang seperti itu. Berterimakasihlah, karena dia sudah rela turut menelan dukamu. Jika belum, jangan khawatir. Mari kita berusaha menjadi yang seperti itu. Yang mau menjadi pendengar baik bagi teman-teman kita, menjadi tempat mereka berbagi cerita.
            Ini bisa jadi langkah untuk menguatkan jiwa. Dari kisah macam-macam yang kita dengar, kita akan tahu bahwa hidup tidak hanya satu warna, tidak cuman tunggal rasa. Maka, sudah barang tentu, secara bertahap barangkali, kita akan memiliki automatically comprehension yang mampu menjadi benteng pertama kita. Bukankah kunci dari segala sesuatu adalah pemahaman?
            Dan kita, ini yang mulai ku sadari, akan naik turun secara bergantian. Sekarang aku merindukanmu, mungkin kau biasa-biasa saja. Siapa tahu, besok, balik kau yang merindukanku dan aku biasa-biasa saja. Tapi tenang, ini hanya spekulasi. Minimal, aku sudah sadar sejak awal bahwa inilah kehidupan, beginilah hubungan. Kelak, jika itu terjadi, aku akan berusaha terus mengimbangi. Membawamu pada situasi paling cerah bersama semangat yang kerap ku resap darimu.

            Oh, ya. Sebelum ku akhiri. Tulisan ini selesai siang ini, dan seharusnya tuntas tadi malam. Mungkin karena gejala rindu, belum sempat menulis aku sudah terpejam; kecapaian. Sudahlah.

Selamat Siang,

           




0 komentar:

Posting Komentar