Minggu, 19 Januari 2020

Biar Ototmu Kecil, Asal Jiwamu Besar


            Setelah buku “Tiba Sebelum Berangkat” karya Faisal Oddang habis kubaca pagi tadi, langsung ku ambil buku “Orang-Orang Biasa” karya Andrea Hirata. Sebelum ku buka dan mulai membaca buku kedua dalam bulan ini, aku menghela nafas. Masih teringat bagamana cerita aneh milik Faisal itu. Rangkaian kisah yang diserat berdasarkan sejarah dan dokumen-dokumen penting kebudayaan Sulawesi. Menarik sekali.
            Buku yang dari awal, sebenarnya, membuatku bosan. Namun ku paksa. Karena aku percaya kisahnya bakal bagus sebab penulisnya. Akhirnya benar, sampai tengah, ceritanya begitu menggetarkan. Membuat fikiran tak bisa tenang memikirkan nahasnya derita Mapata. Dan kau tahu, derita itu ia rasakan dari awal hingga akhir cerita. Dan benar-benar nelangsa. Kasihan. Dari situ, aku kiranya bisa mengambil beberapa pelajaran. Salah satunya adalah soal selektif dalam bergaul. Sisanya, ku kira tak perlu ku sampaikan disini.
            Harapanku, dalam buku kedua, milik Andrea ini, akan ku temui kisah-kisah inspiratif. Pembangkit semangat dan penggugah nurani agar terus berbuat baik. Oh iya, sebelum ku lanjutkan, akan ku sampaikan dawuh guru menulisku, Pak Zulianto. Aku masih ingat betul, beliau berkata: Kalau membaca itu sing mesisan. Bacalah tulisan orang-orang hebat.
            Malam ini, sampai pada halaman 67. Ini berarti akhir dari bab yang berjudul ‘Tidaklah Selamanya Sulit’, aku benar-benar menikmati. Ah iya. Namanya juga tulisan Andrea Hirata, siapa pula yang tidak menikmati tulisan dari penulis kondang ini. Dari awal membaca, sungguh ada saja hal-hal sederhana yang membuat aku sadar bahwa menghargai peristiwa sama pentingnya dengan menyelesaikan periatiwa.
            Sampai sini saja, ada banyak pesan yang tersampaikan. Diantaranya ada sangkut pautnya dengan apa yang telah ku tulis sebelumnya. Bahwa, orang-orang yang berotot kuat akan kalah dengan orang-orang yang berjiwa kuat. Tadi aku sempat kefikiran untuk bahan cerpenku selanjutnya. Tapi ku tinggal saja karena masih asyik membaca. Sekrang agak lupa. Seingatku, soal anak yang dibuli itu, yang dalam buku Andrea bernama Salud. Atau cerita Aini anak Mardinah yang bangkit dari tolol turunan. Sebab Bapaknya meninggal, ia jadi teguh bercita-cita sebagai dokter ahli. Kiranya seperti itu.

Orang-orang yang berotot kuat akan kalah dengan orang-orang yang berjiwa kuat.
            Seperti biasanya, aku akan rehat kalau hampir tengah malam. Dan menuliskan entah apa sebelum kemudian memejamkan mata. Atau memikirkan sesuatu yang paling ku ingat seharian ini. Seperti soal kuatnya jiwa. Kadang juga ingat kamu. Senyummu, semangatmu, tawamu, dan manjamu saat mengadu resah itu. Manusia seringkali memang begitu. Memilih tidak sendiri untuk mengatasi persoalan-persoalan. Meskipun secara dhohir berkata; Aku sendiri saja, tapi hati kecilnya akan bilang bahwa; Berdua lebih baik. Atau mungkin kodradnya memang seperti itu? Kelebihan yang dipunyai manusia satu, diciptakan untuk menambal kekurangan manusia lainnya. Dan pada akhirnya, puncak kelebihan adalah milik Allah. Semua manusia pasti akan berserah dan meminta pertolongan kepada dzat yang maha kuasa itu. 

Kelebihan yang dipunyai manusia satu, diciptakan untuk menambal kekurangan manusia lainnya. 
            Setidaknya sejauh ini, yang kulihat darimu adalah semangat. Sehingga aku juga semangat. Jangan sampai kau menangis, dan aku akan bersumpah bahwa nanti, saat kau merasa jatuh, aku akan menguatkamu. Membuatmu bangkit dan tersenyum sebagai manusia yang bisa menebar semangat dan bahagia kepada manusia lainnya. Berjanjilah untuk ini! Karena, semestinya kau tahu, bahwa kebahagiaan sesungguhnya adalah tersenyum bersama-sama. Bukan tersenyum diatas penderitaan sesama. Begitu kan ya? Wkwkwk
            Baiklah, akan ku akhiri. Ini berarti mataku sudah berat sebelah. Fikiranku juga terlalu kenyang mengingatmu. Selamat malam. Selamat istirahat.  




0 komentar:

Posting Komentar