Mendung tiba-tiba
mengepung langit sore yang mekar. Menggiring lamunan pada rintik-rintik hujan. Aku
mengendus kesal sebab tingkahku sendiri. Rindu yang kukira sudah lulut malah
berperan sebagai sengkuni. Sebenarnya aku tahu bahwa kau tak akan mau tahu soal
ini. Hanya saja keadaan membuatku mengalah, dan kuputuskan menemuimu selepas
isya’.
Beriringan dengan
hujan, aku berbaur dengan genangan air. Melangkah sekenanya menuju bilik yang
barangtentu kau ada disana. Aku sudah titip salam lewat Tio untukmu. Sekedar meyakinkan
bahwa aku akan kesana dan kau harus ada.
Tio ini, sekali lagi, adalah rekan paling baik dikelas. Aku mengenalnya sebagai
pribadi yang baik. Kelak, aku akan meberi sesuatu untuknya.
“Hei”. Sapa-menyapa.
Lempar tawa. Dan kau bahkan bercerita soal keresahanmu pada beberapa hal. Soal gambar
yang kau buat story itu. Katamu, itu iseng-iseng saja. Dimintai tolong sama
mbak (yang aku belum begitu tahu itu siapa). Juga soal kameramu yang lensanya
error itu. Sampai pada masalah tugas kita dua bulan yang akan datang.
“Asline aku pengen
mengembangkan, Mas! Tapi aku takut eh!”. Aku menangkap arah pembicaraanmu. Itu sama
seperti apa yang pernah kualami dulu. “Ndak papa! Apa yang kau takutkan?”. “Ya
takut ae”. “Ndak papa. Ini justru kesempatan besar buat kamu untuk melatih
keberanian. Aku dulu juga sama, takut. Tapi kalau setiap akan mencoba terus
saja takut, kapan kita berani?”
Kau
memanggut-manggut dengan bumbu senyum khas milikmu itu. Ah! Lagi-lagi aku
ingin menikmati itu sendiri!. Kubuang pandangan kearah tempias hujan yang membasahi
lantai didepan kami. Sembari meyakinkan diri bahwa tantangan paling mendasar
dari segala sesuatu adalah berani mencoba! Termasuk soal ini, mengenalmu. Andai saja dulu aku tak kunjung berani menanyakan alamat rumahmu, atau namamu, pasti yang kubisa hanya terus membayagkan kedekatan seperti ini. Dan untungnya aku berhasil. Setidaknya untuk membuat kita saling kenal. Selebihnya, biar tinggal.
Entahlah,
setidaknya, untuk beberapa hari terakhir aku merasa damai. Sambil mendalami
pengertian bahwa, tidak semua harapan musti diperjuangkan. Tidak semua cinta
musti dipertahankan. Besok, kita lanjutkan tulisan ini dengan dasar
cerita-ceritamu, rautmu, senyummu. Juga dengan ketulusan yang selalu berusaha
kuperbenah.
Selamat tidur,
0 komentar:
Posting Komentar