Rabu, 07 Agustus 2019

Surat Untuk Zidan

  

                Selamat malam.
Bagaimana hari-harimu belakangan? Setelah pertemuan kita beberapa hari lalu, aku kembali merindukanmu. Sebenarnya bukan rindu, lebih kepada khawatir, atau apalah aku belum yakin. Biar mudah, kesebut saja rindu.

Kabarnya besok – libur hari besar – kau tidak pulang? Ikut temanmu ke Tuban, ya? Ah, aku tahu benar kedekatan kalian. Semacan dua jari yang bersebelahan. Tapi tetap, masing-masing dari kalian harus punya prinsip. Apalah terserah. Yang penting baik. Paling tidak, ada prinsip saling mengingatkan. Jangan salah dibiarkan saja. Kasihan. Kalau mau sukses, sukses bareng. Kalau mau bahagia, bahagia bareng. Kan akhirnya bisa seneng. Berteman karena Allah. Ya, kan?

Aku jadi ingat kisah Imam Abu Syuja’, pengarang kitab yang hebat itu. Bersama temannya, beliau punya niatan besar dalam mencari ilmu. Tapi karena kondisi biaya, keduanya tidak bisa. Akhirnya, dengan kecerdasan Imam Abu Syuja’, yang rela berkoran dijual sebagai budak agar rekannya bisa berangkat ngaji itu, beliau ditolong oleh Allah. Indah sekali persahabatan itu.

Bisa kamu baca ceritanya DISINI.

                Mau bagaimana lagi ya. Namanya juga baru kenal. Mau apa-apa juga kikuk. Tapi aku selalu terbuka, apapun yang sampean butuhkan, insyaAllah saya siap bantu. Yang penting semangat terus. Kalau ada masalahpun, sampen bilang. Anggap saya ini saudaramu.

                Oh, ya. Kalau ada waktu, ku ajak kau ziarah ke Surabaya. Sudah lama aku tidak kesana. Dulu, seusiamu, aku rutin pergi kesana. Lewat belakang, tempat penjual kitab-kitab itu. Minyak wangi, dan busana-busana. Seneng. Nuansanya enak, kayak di Arab. Hehehe. Kapan-kapan kita kesana ya.

                Dan, selamat malam. Aku harus segera menyelesaikan sesuatu yang perlu diselesaikan minggu ini. Tetap semangat, jangan lupa doakan kedua orang tuamu. Aku saksinya, mereka orang tua yang hebat!

Semangat!

                

0 komentar:

Posting Komentar