Selamat malam.
Bagaimana hari-harimu
belakangan? Setelah pertemuan kita beberapa hari lalu, aku kembali
merindukanmu. Sebenarnya bukan rindu, lebih kepada khawatir, atau apalah aku
belum yakin. Biar mudah, kesebut saja rindu.
Kabarnya besok
– libur hari besar – kau tidak pulang? Ikut temanmu ke Tuban, ya? Ah, aku tahu
benar kedekatan kalian. Semacan dua jari yang bersebelahan. Tapi tetap,
masing-masing dari kalian harus punya prinsip. Apalah terserah. Yang penting
baik. Paling tidak, ada prinsip saling mengingatkan. Jangan salah dibiarkan
saja. Kasihan. Kalau mau sukses, sukses bareng. Kalau mau bahagia, bahagia
bareng. Kan akhirnya bisa seneng. Berteman karena Allah. Ya, kan?
Aku jadi ingat
kisah Imam Abu Syuja’, pengarang kitab yang hebat itu. Bersama temannya, beliau
punya niatan besar dalam mencari ilmu. Tapi karena kondisi biaya, keduanya
tidak bisa. Akhirnya, dengan kecerdasan Imam Abu Syuja’, yang rela berkoran
dijual sebagai budak agar rekannya bisa berangkat ngaji itu, beliau ditolong
oleh Allah. Indah sekali persahabatan itu.
Bisa kamu baca ceritanya DISINI.
Mau
bagaimana lagi ya. Namanya juga baru kenal. Mau apa-apa juga kikuk. Tapi aku
selalu terbuka, apapun yang sampean butuhkan, insyaAllah saya siap bantu. Yang penting
semangat terus. Kalau ada masalahpun, sampen bilang. Anggap saya ini saudaramu.
Oh,
ya. Kalau ada waktu, ku ajak kau ziarah ke Surabaya. Sudah lama aku tidak
kesana. Dulu, seusiamu, aku rutin pergi kesana. Lewat belakang, tempat penjual
kitab-kitab itu. Minyak wangi, dan busana-busana. Seneng. Nuansanya enak, kayak
di Arab. Hehehe. Kapan-kapan kita kesana ya.
Dan,
selamat malam. Aku harus segera menyelesaikan sesuatu yang perlu diselesaikan
minggu ini. Tetap semangat, jangan lupa doakan kedua orang tuamu. Aku saksinya,
mereka orang tua yang hebat!
Semangat!
0 komentar:
Posting Komentar