Selamat Malam, seorang
wanita yang begitu baik.
Sekitar empat tahunan hubungan
kita. Bercanda, bercerita. Bahkan pada suatu kesempatan, kita pernah berbagi
sedih. Sebuah anugrah indah yang pernah kurasakan, dirimu.
Melalui tulisan ini, aku
ingin menyapaikan kegundahan yang berlarut-larut. Barangkali kau bisa memahami,
dan aku bisa mengerti sampai mana kedekatanmu kepadaku. Dan kurasa itu lebih
dari cukup sebagai jawaban kenapa lempar kabar kita tak sesering dulu.
Seingatku, aku selalu
berhati-hati ketika berkata kepadamu. Kata-kata yang sesungguhnya tak patut,
seingatku, tidak pernah kuucapkan kepadamu secara langsung. Sayang, pacaran,
atau apalah. Kalaupun itu pernah, mungkin lewat puisi. Entahlah, itu
seingatku. Karena aku sudah punya prinsip sedari dulu bahwa, jangan sampai aku
pacaran. Mungkin ini terkesan aneh. Atau alibi agar aku bisa mengelak keyataan.
Tapi benar, ini seingatku. Dan kita baik-baik saja. Dan kurasa, ini yang lebih
berharga daripada memaksakan sebuah status.
Belakangan, aku mendengar
kabar bahwa kau sudah punya, tentu aku bahagia meski belum tahu benar atau
salahnya. Bagiku, bahagiamu adalah bahagiaku. Dan do’aku, selalu yang terbaik
untukmu. Ini benar. Bukan seperti kata orang kebanyakan, beda.
Selanjutnya, inilah yang
sebenarnya ingin aku tegaskan. Tentang kedekatan kita yang tak lebih seperti
Layla dan Majnun. Bukan juha serupa dengan Yusuf dan Zulaikho’. Apalagi Dilan
dan Milea. Kita tak ubahnya adalah langit dan bumi yang saling mendukung. Kita semacam
daun dan tangkai yang meneduhkan
Untuk selanjutnya, semoga
kita bisa saling menerima.
0 komentar:
Posting Komentar