Rabu, 28 Agustus 2019

Sebuah Usaha Melegakan



Di lain kesempatan, aku sempat merasa bahwa semua orang aneh. Perilakunya, ucapan, bahkan senyumpun terlihat aneh. Sebenarnya aku sudah berfikit matang-matang tentang ini. Benar atau tidak. Atau jangan-jangan hanya bayangan atau sekedsar alibi kerinduan? Belum tahu.
Sebelum tidur, untuk malam ini, agaknya aku perlu bicara banyak melalui tulisan. Tentang mimpiku kemarin, bersenggama dengan seseorang, berpindah-pindah tempat. Hingga aku bangun. Hanya mimpi. Tapi terasa nyata. Rasanya seperti sungguhan. Entahlah.
Juga beberapa beyang yang menyerupai rekanku lainnya. Tadi, aku dipertemukan oleh keadaan. Satu persatu. Yang mampu membangun daya puisiku. Yang bersedia menemani perjalanannku diujung kota itu. Aku tak berharap banyak sebenarnya. Hanya saja, semoga keakraban kami berbuah kebaikan, sekarang dan sampai kapanpun akan tetap bersama. Serasa.
ketika mendengar keluhan atau cerita-cerita manja darinya, aku malah merasa senang. Kedekatan itu benar-benar ada. Tapi kalau tak ada lagi keakraban itu, artinya keadaannya baik-baik saja, sepi selalu menerkam. Menberi kejutan yang tak sempat terfikirkan sebelumnya.
Bahkan aku sempat berharap agar aku menjadi seorang yang selalu kau butuhkan. Semata agar dirimu selalu kemari dan meminta bantuan. Mesra, bukan? Merampas kedekatan dengan cara memperkosa keadaan. Tentu mesra sekali ketimbang kisah cinta Dilan dan Milea yang diada-ada itu.
Dan sampai saat ini, lekuk senyum yang membuatku candu masih saja ada. Tidak bisa terhapuskan oleh apapun. Aku khawatir, saat aku tak berani mengucapkan apapun, lalu kau menjadi perihal rindu orang lain. Membuatku tak lagi bisa memandangmu leluasa. Tak lagi dapat memelukmu kisahmu dengan mesra. Aku khawatir, kau tak mengenal siapa aku dan siapa dirimu bagiku.
Wajar, jika aku meng-khawatirkanmu. Aku mencintaimu, sangat. Aku menyayangimu, lekat. Dan sampai saat ini, aku belum bisa berkata kepadamu tentang hal ini, bangsat!



0 komentar:

Posting Komentar