Di lain kesempatan, aku
sempat merasa bahwa semua orang aneh. Perilakunya, ucapan, bahkan senyumpun
terlihat aneh. Sebenarnya aku sudah berfikit matang-matang tentang ini. Benar atau
tidak. Atau jangan-jangan hanya bayangan atau sekedsar alibi kerinduan? Belum
tahu.
Sebelum tidur, untuk
malam ini, agaknya aku perlu bicara banyak melalui tulisan. Tentang mimpiku
kemarin, bersenggama dengan seseorang, berpindah-pindah tempat. Hingga aku
bangun. Hanya mimpi. Tapi terasa nyata. Rasanya seperti sungguhan. Entahlah.
Juga beberapa beyang yang menyerupai rekanku lainnya. Tadi, aku dipertemukan oleh keadaan. Satu persatu.
Yang mampu membangun daya puisiku. Yang bersedia menemani perjalanannku diujung
kota itu. Aku tak berharap banyak sebenarnya. Hanya saja, semoga keakraban kami
berbuah kebaikan, sekarang dan sampai kapanpun akan tetap bersama. Serasa.
ketika mendengar keluhan
atau cerita-cerita manja darinya, aku malah merasa senang. Kedekatan itu
benar-benar ada. Tapi kalau tak ada lagi keakraban itu, artinya keadaannya
baik-baik saja, sepi selalu menerkam. Menberi kejutan yang tak sempat
terfikirkan sebelumnya.
Bahkan aku sempat berharap
agar aku menjadi seorang yang selalu kau butuhkan. Semata agar dirimu selalu
kemari dan meminta bantuan. Mesra, bukan? Merampas kedekatan dengan cara
memperkosa keadaan. Tentu mesra sekali ketimbang kisah cinta Dilan dan Milea yang diada-ada itu.
Dan sampai saat ini,
lekuk senyum yang membuatku candu masih saja ada. Tidak bisa terhapuskan oleh
apapun. Aku khawatir, saat aku tak berani mengucapkan apapun, lalu kau menjadi
perihal rindu orang lain. Membuatku tak lagi bisa memandangmu leluasa. Tak lagi
dapat memelukmu kisahmu dengan mesra. Aku khawatir, kau tak mengenal siapa aku
dan siapa dirimu bagiku.
Wajar, jika aku
meng-khawatirkanmu. Aku mencintaimu, sangat. Aku menyayangimu, lekat. Dan sampai
saat ini, aku belum bisa berkata kepadamu tentang hal ini, bangsat!
0 komentar:
Posting Komentar