Betapa malam tadi istimewa. Aku ingin merekam segala yang kita bicarakan. Membawa dan memperdengarkannya pada seluruh manusia. Rintik hujan, riak-riak pada genangan air di taman dan halaman. Juga simpul senyummu yang tidak pernah tidak membakar kecemasan-kecemasan.
Kita berkelakar
tentang segala hal – segala arah. Cerita-cerita pelajaranmu bersama Pak Irfanu
di kelas. Kehidupan rumahmu, bersama rekan-rekanmu, kakekmu yang hebat, daan
orantuamu. Ah iya, perbincangan soal orangtuamu selalu membuatku tertarik untuk
mendengarnya lagi. Aku ingin benar-benar memastikan bahwa tidak ada keburukan
disana. Kau begitu menyayangi keduanya, begitupun mereka. Aku ingin memastikan,
sebab, setiap kali kau bercerita seakan ada angin kesenduan yang turut ku hirup
dari nafasmu. Soal keaktifanmu semasa kecil sampai kau merasa bahwa kau telah
benyak membuat beliau malu. Ah, kau ini.
Udara di halaman
kamarmu memang selalu menggoda. Aku ingat beberapa tahun lalu, saat usiaku
dua-tiga tahun dibawahmu. Halaman ini telah ternobatkan menjadi tempat
favoritku untuk berjalan-jalan menyusuri segala yang ingin ku jelajahi. Angin
yang segar, dedaunan yang menggelayut diujung ranting pohon, halaman luas. Kau
tentu merasakan itu, dan harus bersyukur atas itu.
Cerita soal
relasimu mendomnasi. Dan, rekan sekamarmu, yang kurasa harus kau syukuri. Kau
bicara banyak tentang mereka. Soal laku yang kurang mengenakkan, dan lagi-lagi
memang kita bersama dengan berbagai karakter. Kita dilatih untuk dinamis
menghadapi mereka. Lebih-lebih jika kita mampu menjadikan segala hal sebagai
cermin bagi diri mereka sendiri.
Aku bersyukur
karena kau menjadi partner rekan baikku, Irfanu itu. Aku yakin smua akan
baik-baik saja seiring waktu. Dan soal tahun depan kau akan lanjut kemana, aku
lepas. Ya, mau bagaimana lagi. semua pasti punya keinginan dan cita-cita.
Tentu, bahkan dimulai saat aku mengenalmu, yang kulakukan adalah berdoa dan
memohonkan yang terbaik selalu berpihak padamu.
Salam,
Afwan.
Senin,
02 Maret 2020
0 komentar:
Posting Komentar