Jumat, 04 Desember 2020

PUISI: Kita Berada Diantara Hujan Sore

 Kita berada diantara hujan so re

Mengikat makna-makna,

Memberi bekas pada semesta yang barusan kita dengar.

 

Sebelum kemudian aku memutuskan untuk ikut,

Kau (lagi-lagi dirimu)

yang selalu bisa membuat renyuk tulangku kembali utuh.

Dan hujan sore ini menyanyikan nada rindu.

Membalut lutut kita dengan air mata.

 

Apakah segala rapal doa hanya akan menjadi kosong?

 

Untuk pertama kalianya, aku berani melirik permu kaan wajahmu yang lembab

Bersamaan dengan itu, kantung mataku sembab.

Sebab kau telah rampung membuatku mengapung di samudra kenyamanan.

Tapi  kelekatanmu pada seseorang mambuatku tenggelam.

 

Bersama hujan sore ini, darimu, dan dari segala sesuatu yang belum aku mengerti,

aku telah mengakui bahwa, hal pertama yang harus dihilangkan adalah egoisme.

 

Bukankah harapan kebahagiaanmu telah menjadi ritus?

 

Jombang, 17 Maret 2020


 

We are in the middle of the afternoon rain

Binding the meanings,

Giving marks on the universe we just heard.

 

Before then I decided to join,

You (again yourself)

which can always make my bones crunchy again intact.

And the rain this afternoon sang longing tones.

Wrap everything with tears.

Are all prayer cards only going to be empty?

 

For the first time, I dared to look at the surface of your moist face

At the same time my eye bags are swollen.

Because you have finished making me float in an ocean of comfort.

And your attachment to someone makes me sink.

 

With the rain this afternoon, from you, and from everything that I don't yet understand,

I admit that, the first thing to be eliminated is selfishness.

 

Isn't your hope of happiness a rite?


0 komentar:

Posting Komentar