Padahal, aku
sudah mengecam bahwa aku tidak akan menulis kegalauan. Membosankan sebenarnya. Ada
banyak hal lain yang masih harus ku kejar. Tapi, aku merasa gagal. Tidak menuliskan
perasaan, bagiku sama dengan bunuh diri. Membiarkan cinta mengambang-angan,
bagiku adalah pembunuhan paling sadis.
Beberapa hari
lalu, aku sengaja mengundangmu. Aku bilang akan ada banyak hal yang ingin
kuceritakan. Sebenarnya aku berbohong soal itu. Aku hanya ingin sendirian
melihatmu tersenyum. Aku hanya ingin menuai ucapanmu, ceritamu, dan
pertanyaan-pertanyaanmu. Dan benar saja, hari ini, beberapa menit kita seruang,
sama sekali aku tidak bercerita. Aku hanya lempar tanya sekedarnya. Menyapa,
dan sedikit menggoda.
Saat kita
seangin, aku sudah memikirkan beberapa ungkapan ringan. Seperti; “Kita kenal
sudah berapa lama, ya?” atau “Aku ndak nyangka kita bisa seakrab ini”.
Tapi urung. Aku merasa belum berhasil mengambil hatimu. Aku masih merasa kalah.
Dan untuk
selanjutnya, aku hanya ingin menyampaikan bahwa energi positif yang dibutuhkan
orang itu berbeda-beda. Kadang seseorang menemukan energi positifnya pada suatu
benda; buku, misalnya. Juga ada manusia yang menemukan energi positifnya pada
orang lain. Dan pelik jika disuruh menjelaskan bagaimana teorinya.
Begitupun kau.
Sejak beberapa bulan lalu kita tertaut keriuhan soal KTS, aku menangkap jiwa
yang berbeda. Ada aku dalam dirimu. (Sampai sini, aku bisa menerka kau
bakalan merasa aneh dengan tulisan ini). Tapi inilah adanya. Maka jangan
heran jika saat semangatku lepas, kau yang membuatnya lekat. Saat fikiranku
penat, kaulah yang menjadikannya selaras. Dan kehadiranmu selalu istimewa. Sebenarnya
aku ingin lebih. Lebih dari hadir. Kita bercerita sampai larut, tidur pulas
sampai kusut. Bahkan seludah! Tapi aku selalu gagal. Sampai pada satu
kesempatan, aku benar-benar merasa kalah dan membuat puisi tengah malam yang
selaras dengan ini.
Aku minta
maaf, untuk malam ini, cerita yang aku janjikan belum bisa terkabulkan. Dan sebenarnya,
segala yang telah kau baca, itulah yang ingin kusampaikan. Aku ingin berkata
semua ini kepadamu dengan hangat. Tapi nyaliku ciut. Aku minta maaf. Bahkan aku
berharap suatu saat kau datang membawa segelas air dan menegukkannya kepadaku. Aku
bilang “terimakasih” dan kau balas “sama-sama, Mas”.
Selamat malam. Lekas istirahat. Terus semangat!
Jombang, 00.00. 31 Oktober 2019