“Aku berusaha tidak mengingat, tapi wajahmu terlanjur lekat”
Perihal rindu, siapa juga yang
akan tahu kapan datangnya, seberapa lama, dan bagaimana cara menetralisirnya.
Dengan
pertemuan kah? Kamu bisa jamin, kalau pertemuan adalah obat rindu? Bahkan banyak
orang yang mengakui bahwa ketika bertemu pun, rindu belum tuntas. Lantas apa?
Dan
kita tidak bisa menentukan jawaban pastinya. Yang bisa hanyalah sang perindu. Dia
akan tahu bagaimana sekiranya rindu yang ia rasakan paripurna. Karena sejatinya,
perindu adalah sebuah alibi bagi sesuatu yang diinginkan seseorang terhadap
orang lain. Maka, rindu menjadi semacam jelmaan ‘pengalihan’ istilah.
Dan
malam ini, sebenernya aku ingin bercerita banyak tentang rindu-rindu yang
sempat bertamu dikepalaku. Aku ingin kembali mengenangnya, membesuknya
barangkali masih banyak sisa-sisa rindu yang belum sempat terjamah. Tapi rasanya
aku tak tega kepada malam. Malam selalu mau ku tempati merenung macam-macam.
Rambutmu
licin, sedikit pirang. Alis sobek (aku suka), bulu mata yang pas (tidak terlalu
tebal juga tidak terlalu tipis), hidung yang indah, bibir mengkilat
(seakan selalu basah), dan kesemuanya itu berpadu dalam dirimu.
Belum
lagi soal manjamu itu. Ah, bagaimana bisa aku berhenti mengingat itu. Aku mencoba
memejamkan mata, tapi samar-samar senyummu mulai tergambar. Aku berusaha lebih
terpejam, tapi samar suaramu membuatku tenggelam.
Sampai
akhirnya aku memutuskan untuk tetap berlarut-larut, tetap terpejam. Aku membiarkan
semua tentangmu membuntuti malamku, dan aku menjelmakanya sebagai kenikmatan. Aku
lebih khawatir lagi jika membuka mata tapi tak ada dirimu. Akan lebih sesak. Dan
malamku hanya akan penuh dengan harapan-harapan hampa.
Diantara tahapan yang terjadi, adalah keingin tahuanku soal dirimu. Bagaimana perasaanmu
saat aku sedang rindu? Apakah sama? Atau malah tidak sama sekali? Dan pertanyaan
itu selalu saja kubuang jauh-jauh. Berbahaya sekali jika kusisipkan, bahkan
masih tersimpan. Akan sangat menggangu ketenanganku dalam merindukanmu.
Masih
banyak yang ingin kutuliskan. Aku berkeinginan untuk menuliskan semuanya. Sampai
entah kapan akhiran dari tulisan ini, untukmu. Tapi tidak sekarang, nyicil. Besok
masih ada hari. Dan semoga makin hari kita semakin membaik.
Maaf, bila rinduku berlebihan.
0 komentar:
Posting Komentar